Thursday, December 11, 2008

Grindcore

Grindcore, sering di singkat menjadi grind, adalah gabungan dari beberapa musik ekstrim: inspirasinya dimulai dari beberapa genre musik populer yang sangat cepat (seperti mengasah) industrial, extreme metal dan hardcore punk. Walaupun gaya musiknya yang amat sangat tidak disukai, pengaruh grindcore menyebar ke pelosok dunia musik, terutama power violence, avant-garde jazz, musik industrial yang sangat komersil dan genre-genre nu metal.

Grindcore di golongkan dengan distorsi berat, gitar dengan stem yang rendah, tempo yang ekstrim, sering diiringi degan beat-beat yang meledak, lagu sering berakhir tidak lebih dari dua menit (beberapa sering juga amat panjang) vokal penuh dengan geraman dan teriakan nada tinggi, hampir mirip dengan crust punk. Lirik selalu bertemakan dari sosial dan politik (Napalm Death), kematian dan darah (Carcass) dan humor (Anal Cunt).

Akar sejarah dan pengaruhnya

1980s

Genre musik ini berkembang selama pertengahan tahun 80-an di Inggris oleh Napalm Death, selanjutnya di ikuti oleh teman sejawatnya dari Inggris Carcass, Terrorizer dari Amerika dan Agathocles dari Belgia. Nama "grindcore" diperkirakan di ucapkan oleh mantan drummer Napalm Death, Mick Harris. Ketika di tanya tentang istilahnya, dia mengatakan sebagai berikut:
“ Grindcore came from "grind", which was the only word I could use to describe Swans after buying their first record in '84. Then with this new hardcore movement that started to really blossom in '85, I thought "grind" really fit because of the speed so I started to call it grindcore. ”

Sumber lain menyangkal pernyataan Harris. Didalam artikel majalah Spin di tulis tentang sebuah genre, Steven Blush menyatakan bahwa "orang yang sering menyebutkan" untuk menyuarakan style grindcore adalah Shane Embury, basis Napalm Death sejak 1987. Embury mengusulkan pada pernyataan dirinya sendiri tentang bagaimana "sound" grindcore seharusnya:
“ As far as how this whole sound got started, we were really into Celtic Frost, Siege - which is a hardcore band from Boston - a lot of hardcore and death-metal bands, and some industrial-noise bands like the early Swans. So, we just created a mesh of all those things. It's just everything going at a hundred miles per hour, basically. ”
Pelopor grindcore, Napalm Death, formasi ke-8.
Dari kiri-kanan: Lee Dorrian, Shane Embury, Bill Steer, Mick Harris

Pendiri Earache Records Digby Pearson setuju dengan Embury, mengatakan bahwa Napalm Death "put hardcore and metal through an accelerator". Pearson, bagaimanapun grindcore "wasn't just about the speed of [the] drums, blast beats, etc." Ia menyatakan bahwa "it actually was coined to describe the guitars - heavy, downtuned, bleak, harsh riffing guitars [that] 'grind', so that's what the genre was described as, by the musicians who were its innovators [and] proponents."

Beberapa kunci personel grup disebutkan oleh anggota dan mantan anggota Napalm Death pertumbuhannya dipengaruhi oleh band-band seperti Discharge, Lärm, Amebix, Repulsion, Throbbing Gristle, Dirty Rotten Imbeciles and the aforementioned Siege, Celtic Frost and the Swans. Post-punk, such as Killing Joke dan Joy Division, juga di sebutkan sebagai pengaruh di awal kelahiran, berikutnya di sbutkan dalam setengah DVD Scum Napalm Death reissue.

Grup seminal grindcore yang lain adalah Assück (Florida), Sore Throat (UK), and Brutal Truth (New York).

1990s

Scott Hull adalah pemain grindcore terkenal sejaman, melalui partisipasinya di Pig Destroyer dan Agoraphobic Nosebleed. The Locust juga pemain grindcore terkenal.


Gaya Musikal

Stem gitar nada rendah
Vynil side A dari debut Scum Napalm Death, di set standard tuning sementara di side B gitars distem dengan nada rendah menjadi 2½ steps. Album kedua mereka dan Mentally Murdered EP di stem menjadi C#. Harmony Corruption, penawaran ke tiga mereka, d stem tinggi menjadi a D. Sahabat grindcore Carcass juga merendahkan nadanya - khususnya a B. Bolt Thrower lebih merendahkan nadanya dari Carcass, menjadi 3½ steps down (A). Godflesh, awalnya memainkan grindcore scene, salah satu stem mereka B atau C sharp.

Lagu-lagu berdurasi pendek

Salah satu karakteristik dari grindcore dan genre-genre yang berhubungan adalah lagu yang berdurasi pendek (microsong); lagu berakhir dengan cepat. Pada tahun 2001, the Guinness Book of World Records Brutal Truth mencatat rekor "Video Musik Terpendek" untuk "Collateral Damage" ditahun 1994, lagu berdurasi hanya 4 detik. Di tahun 2007 Napalm Death mencatat rekor terbaru untuk video "You Suffer" sebagai "Video Musik Terpendek" hanya berdurasi: 1.3 detik.

Tema Lirikal

Lagu-lagu selalu bertemakan anti-rasisme, feminisme, anti-militerisme, dan anti-kapitalisme. Grup Grindcore lain seperti Carcass bertemakan seputar pembusukan mayat dan darah. Karya-karya Carcass terkadang di identifikasikan sebagai asal muasal goregrind, yang selalu menampilkan tema-tema jasmaniah.

Warisan

Walaupun genre non-komersil yang sengaja dibuat, pengaruh grindcore dengan cepat menyebar melalui hardcore dan dunia metal.

Power violence, lebih metal ketimbang grindcore, meskipun demikian, tetap terpengaruh oleh banyak band-band sebelumnya.

Band Industrial metal bands sepert Fear Factory telah menyebutkan bahwa kita berhutang kepada genre ini selama bertahun-tahun.

Beberapa band nu metal juga menyatakan pengaruh style permainannya: Wes Borland, gitaris Limp Bizkit seorang fan Carcass.

Chris Fehn percussionis Slipknot's #3, juga mengatakan Carcass mempengaruhi style pada bandnya.

The Panacea, seorang musisi breakcore terkenal, menyatakan dirinya sebagai "the digital version of Napalm Death"

Andrew W.K. sering membicarakan dengan antusias tentang kecintaannya terhadap Napalm Death.

Mantan gitaris Napalm Death, Justin Broadrick, berkarir memainkan industrial metal bersama Godflesh. Mick Harris, dalam proyek post-Napalm, Scorn, dengan singkat mengeksperimenkan gaya ini.

Doom metal

Doom metal adalah bentuk dari musik heavy metal yang sangat khas, mempunyai tempo yang sangat lamban, stem gitar yang rendah dan suara gitar lebih tebal atau lebih berat dari suara genre metal yang lainnya. Musik dan lirik cenderung menimbulkan perasaan putus asa, rasa takut dan berharap akan terjadinya ajal/malapetaka.[1]

Genre ini sangat kuat dipengaruhi oleh karya awal Black Sabbath,[1] yang telah membentuk sebuah prototipe untuk doom metal dengan lagu-lagu yang berjudul "Black Sabbath" and "Into the Void". Selama pertengahan awal tahun 80an,[1] sejumlah band dari Inggris (Pagan Altar, Witchfinder General) dan band dari Amerika (Pentagram, Saint Vitus, Trouble) mendefinisikan doom metal sebagai sebuah genre yang berbeda.

Death metal

Death metal adalah sebuah sub-genre dari musik heavy metal yang berkembang dari thrash metal pada awal 1980-an. Beberapa ciri khasnya adalah lirik lagu yang bertemakan kekerasan atau kematian, ritme gitar rendah (downtuned rhythm guitars), perkusi yang cepat, dan intensitas dinamis. Vokal biasanya dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt) atau geraman (death growl). Teknik menyanyi seperti ini juga sering disebut "Cookie Monster vocals".

Beberapa pelopor genre ini adalah Venom dengan albumnya Welcome to Hell (1981) dan Death dengan albumnya Scream Bloody Gore (1987). Death metal kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh band-band seperti Carcass, Morbid Angel, Entombed, God Macabre, Carnage, dan Grave.

Di Indonesia, genre ini diawali pergerakan dan perkembangan-nya di tahun 1990-an dengan band thrash metal Rotor di Jakarta dan beberapa band pioneer death metal lainnya di daerah lain, seperti Adaptor dari Jakarta , Insanity dan Hallucination dari Bandung, Death Vomit dari Jogjakarta , Slow Death dari Surabaya, kemudian berkembang dengan band band berbahaya dan bereputasi internasional, Jasad , Disinfected,dan Ancur dari Bandung , Siksa Kubur , Funeral Inception dari Jakarta dan Cranial Incisored dari Jogjakarta

Beberapa subgenre death metal:

* Melodic death metal - heavy metal dicampur dengan beberapa unsur death metal, misalnya death growl dan blastbeat
* Progressive death metal - gabungan antara death metal dan progressive metal
* Brutal death metal - gabungan antara grindcore dan death metal
* Slam death metal - gabungan antara metalcore/groove metal dan death metal
* Death/Doom - gabungan antara doom metal dan death metal
* Blackened death metal - gabungan antara black metal dan death metal

Gothic metal

Gothic metal adalah sejenis musik metal yang biasanya (namun tidak selalu) memakai dua orang vokalis. Pertama vokal wanita dengan suara soprano, lalu vokal kedua adalah vokal pria dengan gaya vokal dari musik black atau death metal (sehingga gaya vokal seperti itu banyak disebut sebagai vokal 'Beauty and the Beast'). Lirik-liriknya kebanyakan bernuansa pagan, kemuraman, kegelapan. Aliran musik ini paling populer di Eropa, meskipun jumlah penggemar mainstream (kalangan umum) tidak banyak.
Band yang terkenal dalam jenis musik ini adalah : Theater of Tragedy, Lacuna Coil, Trail of Tear

Gothic Metal, Gothic Doom Metal & Gothic-Operatic Power Metal.

Gothic Metal ialah musik metal yang berasaskan riff guitar seperti musik Thrash/Heavy Metal yang agak bermelodi redup serta diadunkan dan disadurkan dengan unsur-unsur keyboard dan synth, serta lirik metafora/puisi yang menjurus kearah kegelapan,kemuraman dan pagan seperti band My Dying Bride Paradise Lost Anathema->ini band doom yang berpengaruh pada gothic ! dan kemudian dikembangkan oleh band sepertiEvereve dan Crematory.

Daripada musik akar Gothic Metal inilah muncul pula aliran Gothic Doom Metal dan Gothic Operatic Power Metal. Pembawa musik aliran Gothic/Doom yang terkenal ialah Theatre of Tragedy, mereka ialah band Gothic Doom Metal yang pertama yang memperkenalkan konsep “Beauty and the Beast act” iaitu konsep nyanyian yang menggabungkan suara growl seakan-akan Death Metal yang digandingkan dengan suara Mezzo-Soprano penyanyi wanita, bunyi guitarnya agak keras dan berat(Doom). Nightwish pula adalah contoh terbaik band Gothic Operatic Power Metal yang menggabungkan musik Power Metal yang diadunkan dengan keyboard/synth serta lirik yang berlatarkan Gothic serta nyanyian soprano yang menonjol daripada penyanyi wanita.

Sekarang agak banyak kekeliruan yang timbul antara Operatic dan Gothic. Operatic Metal ialah seperti yang dibawa Therion dan Nightwish, yang menggabungkan unsur-unsur Simfoni Orkestra dan vocal Soprano. Vocal wanita dalam aliran Gothic pula lebih kepada Mezzo-soprano (ton nada suara yang rendah, seakan-akan suara nyanyian biasa).

Adalah penting untuk diingatkan bahawa Gothic Metal adalah berbeda daripada apa yang dibawa oleh band mainstream My Chemical Romance

Wednesday, December 10, 2008

THE GOOD, THE BAD AND THE UGLY

Dengan diawali intro 'Ecstasy of Gold', inilah penggalan cerita ringan dari seorang [mantan] fans grupband Metallica. Seperti layaknya penggemar yang fanatik, berlebihan dan nyaris menjadi 'groupie'. Ada satu masa di mana seorang fans musti mengejar pengalaman yang indah dan seru. Sekalipun itu harus bertindak nekat, bodoh dan konyol. Juga sedikit tampak naif, childish, dan fetish. Hingga tiba-tiba merasa dikhianati, lalu marah dan memilih untuk murtad. Pengalaman baik atau buruk kadang memang perlu diceritakan. This is a Metallica fans story based on his own words. And why so serious?!...

Pertama kali tahu dan mengenal Metallica?! Mmhh, sulit diingat kapan tepatnya. Tapi yang pasti masih awal-awal masa seragam putih-biru alias SMP, sekitar tahun 1989 - 1990. Yah, itu tidak lama setelah saya mengenal musik keras. Ini juga tidak lepas dari jasa kawan sebangku SMP yang pertama kali mengenalkan saya kepada band-band keras, sekaligus sahabat saya sampai hari ini. Namanya Asrofin alias Wencling. Thanks to you dude!...

Album Metallica yang pertama kali saya beli adalah Master of Puppets di lapak kaset bajakan sekitar Toko Buku Siswa [Malang]. Harganya cuma tiga ribu perak. Mutu rekamannya tidak terlalu bagus. Sampulnya adalah hasil foto reproan.

Tidak lama, di tempat yang sama, saya juga membeli The Best of Metallica, sebuah kaset C-90 yang berisi koleksi lagu dari tiga album pertama mereka. Kayaknya sih ini rekaman bootleg. Sebab tidak pernah ada dalam diskografi resmi Metallica.

Gara-gara dua kaset bajakan itu saya jadi suka dan nge-fans ama Metallica. Mulai memproklamirkan diri sebagai seorang metal militia dan metallikatz. Hidup saya mulai berubah...

Selanjutnya saya selalu membeli semua kaset Metallica yang asli di toko kaset. Baik itu versi album, live, kompilasi, maupun singel yang cuma 3-4 lagu itu. Mulai dari era Kill 'Em All sampai kepada Black Album. Komplit!...

Lima album pertama Metallica adalah favorit saya semua. Tidak ada yang lebih baik, dan tidak ada yang lebih buruk. Dulu kalau sendirian di kamar pas malam hari, saya sering memutarnya secara berurutan, mulai dari Kill Em All sampai Black Album.

Sampai hari ini, belum pernah ada album thrash metal sebaik Master of Puppets, tidak juga Reign In Blood-nya Slayer!...

Lagu The Thing That Should Not Be adalah salah satu track metal paling elegan yang pernah saya dengarkan.

Setiap mendengarkan lagu Creeping Death, tepatnya di bagian tengah lagu yang klasik itu, saya selalu mengucapkan koor "Die! Die! Die!" dalam hati, seakan ikut berteriak di konser mereka.

Awalnya lagu Helpless, Am I Evil dan The Wait saya kira lagu asli ciptaan Metallica, ternyata bukan yah?!...

Menurut saya, album And Justice For All adalah salah satu pionir dan landmark bagi musik progresif metal dan math-metal. Semua lagunya bernuansa epic!..

Lagu One sering saya bayangkan cocok jadi soundtrack film Platoon. Yah, pas intro perang dan suara baling-baling helikopter itu...

Saya kenal Pushead dari Metallica. Dari sleeve cover And Justice For All tepatnya, atau artwork yang dinamai Hammer of Justice.

Black Album kayaknya bisa jadi rekaman cadas yang paling easy listening yang pernah ada di muka bumi.

Sampai pada Black Album, saya ingin tanya kepada anda ; Adakah band metal di planet ini yang sukses secara musikal dan komersil seperti Metallica?!

[ya, oke, saya tahu jawaban anda...]

Rata-rata untuk setiap album Metallica saya pernah membelinya sebanyak tiga kali - terpaksa gara-gara rekaman itu hilang, dipinjam tidak kembali, atau rusak.

Saya bisa memainkan full lagu Nothing Else Matters, Fade To Black, dan Enter Sandman dengan gitar bolong. Juga potongan intro Seek and Destroy, serta petikan akustik Master of Puppets dan One meskipun gak sempurna.

Semua koleksi rekaman Metallica saya adalah format kaset. Gila, sampai hari ini saya tidak pernah punya apalagi membeli satu pun CD Metallica. What a bad fans?!...

Kamar saya dulu sempit. Cuma 4 x 2 meter. Hampir seluruh dindingnya tertutup poster band. Maaf, cuma ada poster Metallica, band lain gak boleh, hehe.

Hey, bukan poster import yang gede dan berkualitas baik itu. Melainkan poster berbahan kertas karton biasa yang sering dijual di kaki lima. Poster-poster Metallica itu saya beli di pinggir jalan seharga 250 - 500 perak pada jaman itu.

Saat itu, fanatisme yang berlebihan terhadap Metallica ternyata bikin saya kurang 'menguasai' Slayer, Anthrax, Megadeth, atau Testament.

Sejak SMP sampai SMA saya suka mencoret-coret buku sekolah saya dengan logo klasik Metallica maupun judul lagu-lagu mereka.

Gara-gara suka Metallica, saya jadi ikut sentimen dan gak suka sama Dave Mustaine. Juga sebisa mungkin mengabaikan Megadeth!...

Saya dan teman-teman sempat kecanduan potongan rambut skin, yaitu sisi rambut yang ditipiskan seperti potongan Jason Newsted paska Black Album.

Cliff Burton dan Jason Newsted adalah member Metallica favorit saya!

[yang berarti tidak ada lagi personil favorit dalam formasi Metallica saat ini?!]

Saya dan seorang kawan sering iseng membanding-bandingkan suara setiap penyanyi. Kami sempat punya tebakan ; Siapa penyanyi Indonesia yang suara vokalnya mirip James Hetfield?! Jawabannya adalah Sawung Jabo!

[gak percaya?! Bandingkan aja suara mereka berdua!...]

Era awal 90-an ada band lokal namanya Nevermind dan Meteor. Saya suka nonton dua band ini karena mereka selalu mengkover lagu-lagu milik Metallica. Btw, drummer Nevermind itu akhirnya kita kenal sebagai Ravi, gitaris Extreme Decay.

Saya dan kawan-kawan dulu gemar naik gunung. Kami pernah naik gunung Panderman [2200mdpl] yang terletak di sebelah barat kota Malang dengan membawa poster flag Metallica hanya untuk foto-foto. Weird?!...

Saya, Budi dan Feri adalah tiga sekawan yang berangkat dari Malang untuk nonton konser Metallica di Jakarta [1993]. Pas hari H, saya terpaksa berbohong kepada ayah saya kalau mau nonton film midnight di bioskop. Sorry dad, it's Metallica!...

Kami bertiga benar-benar perjuangan untuk nonton Metallica. Naik kereta kelas ekonomi, duit pas-pasan, dan tidak punya kenalan di Jakarta. Benar-benar bonek, Modal nekat!...

Sebelum show, kami sempat jalan-jalan ke Blok M sekedar untuk mencari suvenir yang berbau Metallica, seperti kaos atau postcard.

Di Lebak Bulus kami sempat terjebak di tengah 'perang' massa vs aparat, menerobos barikade, kucing-kucingan sama petugas, sampai kepala kegencet pintu masuk. A near death experience?!...

Tapi akhirnya kami ada di dalam arena menjadi saksi hidup konser Metallica - dan segala kerusuhan yang ada di luar stadion. Fight fire with fire! Haji kami mabrur!...

Potongan tiket konser Metallica masih saya tempel di belakang pintu kamar. Di sebelahnya juga saya tempel postcard Master of Puppets yang dibeli di Blok M.

Menuju konser Metallica adalah perjalanan 'tour' saya yang kedua, setelah berangkat ke Surabaya menonton konser Sepultura [1992] bersama Wencling.

Saya tidak pernah punya kaos original atau import Metallica. Cukup sulit mencarinya pada saat itu. Kaos-kaos Metallica yang pernah saya beli itu produk lokal dari C59 atau More Shop [Blok M, Jkt].

Saya bahkan pernah membeli kaos One warna putih di Mitra Department Store Malang!

Kaos Metallica favorit saya sebenarnya adalah Sad But True. Itu loh yang gambar dua tengkorak saling berhadapan dan biasa dipakai Jason Newsted ketika manggung. Sayang, sampai sekarang belum kesampean punya kaos itu!...

Akhirnya saya sempat punya kaos Metallica yang orisinil [import] berdesain Ride The Lightning yang didapatkan teman saya, Plecie, dari kios pakaian bekas. Tapi entah di mana kaos itu sekarang...

Gara-gara terpengaruh oleh penampilan Metallica, saya juga jadi suka memakai kaos hitam polos dan jins hitam ketat.

Bacaan favorit saya tentang Metallica adalah Hai Klip edisi Metallica yang diterbitkan oleh Majalah Hai menjelang band itu show di Jakarta [1993]. Saya sampai beli dua kali, dan keduanya hilang tanpa jejak. Cari lagi mana mungkin ada...

Ketika saya tinggal di Bandung, kaset bootleg The Best of Metallica itu saya berikan pada Alan, gitaris Tympanic Membrane. Ternyata dia juga fans Metallica, selain Carcass dan Bad Religion katanya.

Album Metallica yang terakhir kali saya beli adalah kaset Garage Inc di lapak kaset bekas di stadion Gajayana Malang. Sekedar ingin tahu seperti apa Metallica kalau mengkover lagu orang...

Saya tidak pernah membeli album Load [1996] sampai St.Anger [2003]. Mendengarkannya pun nyaris gak mau!...

Sejak album Load keluar, saya menyatakan diri bukan fans Metallica dan putus hubungan dengan mereka. Kadang saya anggap band ini udah tidak ada dan layak diimbuhi kalimat [RIP] alias Rest In Peace di belakang nama mereka - untuk sementara sih, sampai mereka rilis karya yang bagus dan 'normal' kembali!...

Saya sempat membenci Lars Ulrich ketika Metallica bersengketa soal mp3 dan menuntut Napster. Sebab saya merasa tidak ada yang salah dengan mp3 dan file-sharing. Lars aja yang kelewat sok dan arogan...

Kasus sengketa Metallica versus Napster sempat akan jadi topik skripsi saya pas kuliah di fakultas hukum. Tapi sayang gak jadi, karena di Indonesia saat itu belum ada peraturan hukum di bidang terkait [tehnologi informasi, internet, mp3].

Proyek S&M bersama pasukan orkestra-nya Michael Kamen itu lumayan. Cukup kreatif dan sensasional...

Saya punya DVD bajakan Some Kind of Monster tapi hanya saya setel sepotong-sepotong dan belum pernah ditonton secara lengkap.

Metallica di era St.Anger adalah blunder terbesar mereka. Mendengarkan album itu rasanya seperti mendengarkan band baru yang ingin menjadi the next Limb Bizkit atau the next Linkin Park!...

Blunder Metallica lainnya adalah ketika mereka semua mencukur pendek rambutnya dan merekrut Rob Trujillo sebagai bassist. Avril Lavigne di konser MTV Icon?! Bah!

Saya tidak suka sama bassist berperawakan gorila, Rob Trujillo. He's a lucky bastard. Tambah benci lagi karena dia suka pake celana pendek selutut pas manggung. Metallica with short pants?! Damn you!

Ada ribuan bahkan jutaan band yang mengkover lagu Metallica. Dalam berbagai versi dan genre. Tetapi hanya beberapa yang menjadi favorit saya, antara lain Whiplash [Motorhead, Kiss of Death], Motorbreath [Jeruji, 3rd], dan One [Korn, MTV Icon].

Band lokal yang selalu mengingatkan saya pada Metallica adalah Roxx, Rotor, Nevermind, Meteor, Jeruji, dan Seringai.

The next Metallica is Mastodon!... bukan Trivium apalagi Avenged Sevenfold!

Saya baru tahu kalau ada situs penggemar Metallica di Indonesia [fansite]. Cek aja di http://www.indonesiapullingteeth.com/.

Saya pertama kali mendapatkan album Death Magnetic seminggu yang lalu dalam format MP3 yang dibawa Yoda ke rumah. Langsung saya setel bersama Budi dan Feri. Ini takdir yang menarik. Sebab kami bertiga juga yang sama-sama nonton konser Metallica bareng di Jakarta, tahun 1993 lalu. Thanks meister Yoda!

Saya menaruh harapan yang sangat besar ketika mendengar berita bahwa Rick Rubin akan memproduseri album Death Magnetic. Sebab Bob Rock selalu gagal selepas Black Album.

Sudah seminggu terakhir ini saya selalu memutar Death Magnetic dan lagu-lagu lawas Metallica. Demi sebuah nostalgia dan tuntutan berwacana...



Setelah Death Magnetic apakah saya masih menolak Metallica atau musti kembali menjadi fans mereka?! Well, sampai pada baris terakhir ini saya belum memutuskan...

Waiting for the one
The day that never comes
When you stand up and feel the warmth
But the sunshine never comes
No the sunshine never comes

post by Samakh

MUSIC RECORDS ; INDIE LABEL

Idhar Rez
DAR Mizan


"Banyak informasi yang bisa didapatkan dari buku ini, terutama dunia musik independent," kata Helvi Sjarifuddin, punggawa dari label FFWD records. Buku ini bisa jadi panduan bagi anda para pemain band yang ingin mencoba peruntungan di belantara industri musik. Apalagi jika band anda itu so-called-indie yang baru lahir dan ingin berkembang lebih jauh. Saatnya anda tunjukkan segala potensi dan kemampuan. Jangan meniru band-band independen senior yang gagal, tanpa karya dan tanpa apresiasi. Menjadi band indie itu mudah, tetapi jadi band indie yang 'sukses' itu memang butuh perjuangan panjang. Keringat, usaha dan kerja keras. Juga modal dan kesempatan sebagai pendukungnya. Buku karangan editor Rpple Magazine ini cukup komplit berisi tentang ; sejarah industri rekaman, mengenal manajemen rekaman, mengintip cara produksi, cara mendistribusikan rekaman, hingga cara promosi yang efektif. Segala tips dan trik ada di sini. Buku terbitan DAR Mizan ini juga dilengkapi dengan list tempat-tempat rekaman dan distribusi di tanah air. By the way, bukan berarti buku ini semacam 'kitab suci' atau tutorial seperti buku-buku program komputer di mana anda harus menjalani semua tahapan tehnis yang ada. Sama sekali bukan. Yang perlu anda lakukan adalah mengadopsi segala konsep yang menurut anda paling baik, lalu kembangkan sendiri di dalam lingkungan scene musik anda. Setiap daerah memiliki karakteristik scene dan industri musik yang berbeda-beda. Infrastruktur yang tersedia juga bermacam-macam. Lakukan saja secara efektif dan efisien mungkin. Kuncinya tetap optimis, bertindak positif dan terus berkarya. Tanpa manajemen dan promosi yang efektif, karya musik yang bermutu belum tentu jadi jaminan sukses bagi band. Maka jangan berdiam diri dan menunggu untuk ditemukan! Tidak ada salahnya belajar dari buku ini, daripada mendengar celotehan musisi band senior yang gagal, frustasi dan tidak melakukan apa-apa. Read and learn. Jika anda sudah menjalankan segala metode dan trik dalam buku ini namun band anda masih gagal, maka janganlah berputus asa. Mungkin band anda belum beruntung hari ini. Atau mungkin tuhan punya rencana lain hingga anda memang tidak ditakdirkan menjadi rockstar?!... [livingOz]

SCUM ON FEEL THE NOISE ; INSANE WE'LL MEET AGAIN


Tulisan ini saya tulis pada tahun 1998 bersama [alm] Ivan Scumbag di Kaum Kidul, di kamar Ivan, di bawah pengaruh vodka, leksotan, dan ganja. ini adalah tulisan meracau. Sampai sekarang saya tak tahu ini menceritakan soal apa. Tapi yang jelas ini menceritakan kebanggaan kami akan Burgerkill. ini juga refleksi lain dari lagu "Blank Proudness". Saya sangat yakin, beberapa kalimat yang tercantum di artikel ini asalnya akan saya masukkan sebagai lirik lagu "Blank Proudness". Saya memberi judul tulisan ini "Insane We'll Meet Again", terinspirasi dari penggalan lirik lagu "Crystal Ship"-nya The Doors - sementara Ivan memberi judul tulisan ini "Scum On Feel the Noise!". Saya akhirnya memuat dua judul itu. So, inilah, tulisan kami berdua...

We preach riot, hatred, self-loathing, bloody revolution and complete contemp for compromise. We have more energy and anger and intelligence than anyone in this whole cursed world, refusing to get on the anarcho/squat/shit treadmill. We wanna be the biggest rock nightmare ever and we wanna take all the nation with us. We'll do whatever is required and give you the biggest ever post humous record sales We've spray painted our school shirt to wipe out the brainwash and the boredom. We are he scums that remind people of misery. When we jumped on the stage, it's not a rock or hardcore cliché, but the geometery of contempt. We've seen so much energy at raves but also too much love. It's so nice to see young people enjoying themselves and keeping out of trouble. We don't display our wounds, we shove them in people's faces. We are young beautiful scum pissed off with the world. All we've ever wanted is the reality of oblivion to get the jackplugged to hell. There is more self-hate in this band than you can realize. And if you keep on following our footsteps, then you'll find that we hate ourselves totally.

Everybody in the nation is turned on by the happy-Monday-shit-music because of the lifestyle. But, we have the songs and ideas to back it up?because we are the most original lifestyle and band on the world. By denying ourselves a past, we are trying to find a worthwhile present out of this junky wreckage of life. We are the guitar edge of 90's youth enfranchisement but for us, life is still repetition, humiliation, boredom. You can't dance if you allow reality to eat in your thoughts. Just the same as you can't stage dive. We kick them away. So you better listen to this shit or you fuck off. Wipe out the aristocracy, now kill! Government and country dump the scum falg and we drowning in manufactured ego fuckers. Boredom bred the thoughts of throwing bricks and we've been down for so damn long. We feel like rest of this country by banging our head against the wall.

We are the the suicide of non-generation. We are as faraway from anything in time as possible. We ruined everything?when fresh faced the little boys in gaudy t-shirt's made exciting rocks and hardcore which they were convinced would shame the world into improvement. Retrogressive, exciting and inspired. You'll probably hate us. We're not in the personal entertainment. We aren't wallowing in any music paper's freaks. We might sound like the last 30 years of rock or sound like year 2100 of rock, our mind and soul addresses the issues of universal mind.

It's a search. A frantic search for the absolutely nothing. An opening of one door after another. As yet there's no consistent phyilosophy or politics. Sensousness and evil is an attractive image now. The snakeskin that will be shed sometimes. Works, performs of a striving for metamorphosis. Dark life, the dark side of life, the evil things, the darkside of the moon brokenthru to some cleaner, freer realm.

It's a purification ritual in the alchemical sense. First you have to have the period of disorder, chaos, refusing to a primeval disaster region. Out of that, you purify the elements and find a new seed of life which transform all life, all matter, and all personality until finally you emerge and marry all those dualism and opposites. Then you're not talking about evil and good anymore but something unified and pure. Our music and personalities as seen on the performs are still in the state of chaos and disorder with maybe an incipient element of purity kind of starting. Lately, when we've appeared in person, it's started to merge together. The city is looking for a ritual to join its fragment. This is just like a sort of the electric wedding ritual. And we are too. Insane we'll meet again.

[Kims & Scumbag]
Ujungberung, circa 1998

Saturday, December 6, 2008

History of Rock

One cannot contemplate rock music without viewing its roots; that being said, its roots cannot be viewed without analyzing their origins in turn, and the political circumstance which shaped their public image.

Derived from English drinking songs, Celtic folk music, German popular music including waltzes and the proto-gospel singing of Scottish immigrants, "country folk" music had been an aspect of American culture since the early days of the Republic, but as it existed in country and not city was rarely recognized by cultural authorities of the day. Further, once new populations became empowered and replaced the old, most of this history was forgotten.

In part, the reason for this was political: the members of society who advanced American popular music as an artform were not of the original Northern European population, nor were they disposed toward thinking benevolently toward the same; further, they needed to invent something which, like advertising throughough the 1950s, presented itself as an oppositional alternative to the "traditional, boring" way of doing things (early advertising extolled the virtues of its products, while later advertising promoted products as part of a lifestyle which had to demonstrate both novelty and uniqueness to have value as a replacement for the traditional, boring, and otherwise effective way of doing things; this transcendence of function for image has fundamentally shaped American character). As a result, the mythos of blues as a solely African-American artform, and the denial of the Celtic, English and American folk influences on both blues and rock music, was perpetrated as a marketing campaign with highly destructive results for all involved.

The blues was not formalized until it was recorded, and at that point in time, a fixed structure was imposed on it based on the interpretations of others. Broadly stated, it used a minor pentatonic scale with a flatted fifth, constant syncopation, and distinctive "emotional" vocal styles. Of all of its components, none were unique, nor was its I-IV-V chord progression unique to the blues. To view it from an ethnomusical perspective, the blues is an aesthetic (not musical) variation on the English, Scottish, Irish and German folk music which made up the American colloquial sonic art perspective since its inception. From a marketing perspective, however, the blues had to be marketed as a revelation from the downtrodden and suffering African-American slaves, so that it might maintain an "outsider" perspective which, to people bored with a society based on money and lacking heroic values, might appear more "authentic" than their own.

When country music was re-introduced to the then-standardized blues form, the result was called rock music. Its primary difference from country was in its use of vocals which emphasized timbre over tonal accuracy, and the adoption of a more insistent, constant syncopated beat. While German waltz and popular music bands had invented the modern drum kit and developed most techniques for percussion, their music and that of their country counterparts in America tended to use drums sparsely, much more in the style of modern jazz bands than in the ranting, repetitive, dominant methods of rock music. However, it is hard to find someone in a crowd of mixed caste, race, class and intellect for whom a constant beat is intellectually and sensually inaccessible, so it was adopted as a convention. Much as the standardization of the blues took diverse song forms and brought them into a single style, rock swept a wide range of influences into a monochromatic form.

Some historical backfill is worth noting here. The Celtic folksongs of Ireland and Scotland had two main influences: the pentatonic drone music of the Semitic "natives" of the UK, namely Scythians and the diverse groups forming "Picts," and the Indo-European traditional music which is continued in India today. The melodies, including pentatonic variations of many different forms (many of which include the flatted fifth or modal analogue), are almost contiguous such that a player of Indian classical music and a Celtic folklorist can complete each others' melodies in the traditional manner. Similarly, pentatonic music also derived from the Indo-European tradition was present in Germany, most notably in the biergartens and public ceremonies requiring simple music that everyone could enjoy. These musics employed improvisation, as did classical playing from the previous four hundred years; when these historical facts are recognized, American popular music can be identified as the marketing hoax that it is.

The consequences of this hoax have been a persistent blaming of white Americans for "stealing" a black form of music that never existed, and in return, a condescension toward traditional forms of music of all races that became identified with, and scorned as, a black form of music. As we shall see, marketing has both shaped the American experience and contributed to longstanding internal conflicts without resolution. In terms of popular music, marketing is important precisely because it insists on standard forms; they are easy to reproduce without requiring any particularly unique talents on the part of performers, producers, marketers or audience. This has caused an increasing simplification of music while marketing has grown correspondingly more savvy and, like American advertising as a whole, has grown away from focus on the product to focus on lifestyle associations unrelated to the product.

However it arrived, blues-country became "rock" in the 1930s-1950s mainly because of technology. Adolph Rickenbacker invented the electric guitar in 1931, and recording equipment advanced from the primitive to the cheaper and more portable units brought on by vacuum tube and then transistor technology. Additionally, microphones improved, especially those which could capture the nuances of voice. Louder guitars and vocals required the simple shuffle beats of blues drumming to gain volume, prompting a revolution in drum kit assembly. As a result, the simple blues-country hybrid became a marketing standard known as "rock 'n' roll," then "rock," as it was absorbed into the American mainstream. The earliest bands lacked much in the way of style, but wrote complacently harmonizing pieces based on the European popular music of clubs in the 1930s (much of jazz is based upon the same music). As time went on, the stylings - appearance, performance and cultural positioning - of the music became more advanced, and the songs themselves became simpler and more like advertising jingles.

SLIPKNOT ANNOUNCES U.S. ARENA HEADLINE TOUR

SLIPKNOT ANNOUNCES
U.S. ARENA HEADLINE TOUR

BAND RETURNS HOME IN SUPPORT OF
ALL HOPE IS GONE

2009 MARKS 10-YEAR ANNIVERSARY
OF BAND'S LANDMARK DEBUT ALBUM



New York, NY - Grammy-award winning hard rockers Slipknot announced today their first U.S. headline tour in support of their #1 album All Hope Is Gone. The tour, which kicks off on January 23rd in St. Paul, MN, will hit 33 cities across the country, and include an historic stop at New York's Madison Square Garden, a first for the band. Coheed and Cambria and labelmates Trivium round out the bill.



Frontman Corey Taylor says of the trek, "2009 is the 10 year anniversary of the world's first taste of this band. To celebrate we are coming back out with a killer tour, a couple great bands and the same ferocity with which we attack life. We want all of our maggots to come and celebrate with us, because if it weren't for you, we wouldn't have been here for 10 years. Get ready for chaos!"



A special iTunes presale will start on December 3 and will be open to those who took part in the band's digital album presale earlier this year. Internet presales via Ticketmaster, will commence on December 5, and the majority of dates will go on sale December 6.



The All Hope Is Gone World Tour marks Slipknot's first headline run in America since the release of the album in August. The band is currently playing to sold out arenas on the other side of the globe; including stops in Russia, Japan, Australia, Europe and wrapping in the United Kingdom with three sold-out nights at London's Hammersmith Apollo. Preceding All Hope Is Gone's #1 debut, the band held the headline slot on this summer's sold-out inaugural Rockstar Energy Mayhem Festival, which drew the biggest crowds to a metal festival since Slipknot played Ozzfest in 2004.



The latest single from All Hope Is Gone, "Dead Memories" is quickly climbing the charts at rock radio with current positions at top 20 at Active rock and top 40 at Modern Rock. The video, directed by P.R. Brown and Slipknot's M. Shawn Crahan, is in Elite 8 rotation at MTV2 and sitting at #3 on Fuse's Viewer Choice Countdown.



To celebrate the tour, Hard Drive, hosted by Lou Brutus will be airing a Slipknot All Hope is Gone World Tour Special from December 3rd-6th on radio stations all across the country. The special will feature exclusive live tracks from their current tour as well as candid interviews and other surprises.



The band has also launched a new website, allhopeisgone.com to coincide with the launch of the tour. All pre-sale and onsale information will be made available there.



The dates are as follows:



01/23/09- Xcel Energy Center - St. Paul, MN



01/24/09- Sprint Center - Kansas City, MO



01/25/09- Mid America Center - Council Bluffs, IA



01/27/09- Alliant Energy Center Memorial Coliseum - Madison, WI



01/28/09- Wells Fargo Arena - Des Moines, IA



01/30/09- Allstate Arena - Rosemont, IL



01/31/09- The Palace of Auburn Hills - Auburn Hills, MI



02/02/09- Peoria Civic Center - Peoria, IL



02/03/09- Pepsi Coliseum - Indianapolis, IN



02/05/09- Madison Square Garden - New York, NY



02/06/09- Tsongas Arena - Lowell, MA



02/07/09- Susquehanna Bank Center - Camden, NJ



02/09/09- Greensboro Coliseum Complex - Greensboro, NC



02/10/09- Cricket Arena - Charlotte, NC



02/11/09- Bi-Lo Center - Greenville, SC



02/13/09- 1st Mariner Arena - Baltimore, MD



02/14/09- Rupp Arena - Lexington, KY



02/15/09- Sommet Center - Nashville, TN



02/17/09- Gwinnett Center - Duluth, GA



02/18/09- UCF Arena - Orlando, FL



02/19/09- Pensacola Civic Center - Pensacola, FL



02/21/09- Concrete Street Amphitheater - Corpus Christi, TX



02/22/09- Nokia Theatre - Grand Prairie, TX



02/23/09- BOK Center - Tulsa, OK



02/25/09- Verizon Wireless Theater - Houston, TX



02/26/09- Verizon Wireless Theater - Houston, TX



02/28/09- El Paso County Coliseum - El Paso, TX



03/01/09- Freeman Coliseum - San Antonio, TX



03/03/09- Denver Coliseum - Denver, CO



03/04/09- Tingley Coliseum - Albuquerque, NM



03/05/09- Jobing.com Arena - Glendale, AZ



03/07/09- The Forum - Inglewood, CA



03/08/09- Cox Arena - San Diego, CA



03/10/09- Citizens Business Bank Arena - Ontario, CA



03/11/09- ARCO Arena - Sacramento, CA

Wednesday, December 3, 2008

List of Indonesian Metal Band

Tapi ini belum semua
Bila ada yang mau memberi info
kirim email ke moslemmilitia@rocketmail.com



2nCuk
Aaarghhh
Ababil (Idn)
Abettor of Satan
Abhorred Despiser
Absolute Defiance
Adaptor
Alien Scream
Antraks
Armageddon Holocaust
Arwah
Asphyxiate (Idn)
Aura 13
Authority
Balthazor
Banaspati
Bandoso
Bangkai
Barzakh (Idn)
Bealiah
Beside
Betrayer (Idn)
Black Ramstein
Blasphemous (Idn)
Bleeding Corpse
Bleeding Flesh
Blood Vomit (Idn)
Bloody Gore
Bloody Terror
Brutal Corpse
Brutal Cremation
Brutal Torture
Burgerkill
Caliber for the Heroes
Candle Light
Castigation
Cemetery (Idn)
Coitus (Idn)
Corporation of Bleeding
Cranial Incisored
Cranium (Idn)
Cremated (Idn)
Cremmature
Criminal Vagina
Crucifix (Idn)
Crusade (Idn)
Cuntopsy
Dajjal
Damnation (Idn)
Dark Aeon
Dead Theory
Dead Vertical
Death Harmonic
Death Vomit (Idn)
Decomposed (Idn)
Deformed Inside
Delirium Tremens (Idn)
Demonstrom
Desecration (Idn)
Deviated Symphony
Devoured (Idn)
Dhemit
Dictator (Idn)
Digging Up
Dirty Infamous
Disagree
Disinfected
Divine (Idn)
Doctor D
Dreamer (Idn)
Drop
Drosophila
Dry
Durna
Elmeod
Emptys
Eternal Bleeding (Idn)
Eternal Madness
Excision (Idn)
Extreme Vaginal
Fadihat
Fallenlight
Fear Inside
Flesh Filth
Forgotten (Idn)
Friday 13th
Funeral Inception
Gagak Bulan
Geboren
Gelap
Gelgamesh
Genderuwo
Generators
Gethebong
Godless (Idn)
Godzilla (Idn)
Gondho Mayit
Gondo Mayith
Gonorrhoea (Idn)
Gorog
Grausig
Grave Dancers
Grind Buto
Growl (Idn)
Hard to Kill (Idn)
Hell Gods
Herodias
Holy Terror (Idn)
Horrible
Human Target (Idn)
Hysteria (Idn)
Iconoclasm (Idn)
Ijajil
Immortal Rites (Idn)
Impious (Idn)
Imprecatory (Idn)
In Loving Memory (Idn)
Incerse
Infected Tendence
Infernal Desire
Inferno (Idn)
Infinity Path
Inhumanity (Idn)
Injected Sufferage
Injector
Innerbeauty
Insan Iblis
Insanul Maut
Jagal
Jasad
Jihad (Idn)
Kantong Simayit
Katarak
Kekal
Kendath
Keramat
Kesurupan
Killed on Juarez
Killharmonic
Koma (Idn)
Kranda Mayat
Kremush
Lamphor
Lord Symphony
Maggots Colony
Maia
Makam
Mannequin
Manomomicron
Mantra (Idn)
Matirasa
Mayat
Mobilizer
Morbiddust
Morbifik
Mortal Scream
Mortality (Idn)
Motordeath
Mummy
Muntah Kawat
Mystical (Idn)
Mystis
Naked Truth
Necromancer (Idn)
Nefarious Crypt
Neurotic of Gods
Nicronomodez
Nocternity (Idn)
Nocturnal Heresy
Nocturnal Orchestra
Nosferatu (Idn)
Noxa (Idn)
Over Death
Panic Disorder
Parau
Parson of Death
Pejah
Perfect Maggots
Perish (Idn)
Pernicious Hate
Phobia (Idn)
Power Metal
Proletar
Purgatory (Idn)
Qishash
Radical Corps
Rajam
Rajasinga
Rever
Ritual Orchestra
Rotor (Idn)
Rotten Corpse (Idn)
Sadistis
Sajen
Sakratis
Salient Insanity
Santet
Santhet
Scatter All Over
Scratch (Idn)
Sekarat
Septicemia (Idn)
Seringai
Severe Carnage
Sickmath
Siksakubur
Sinusitis
Slowdeath
Sottish
SoVT
Speedkill
Straightout
Sucker Head
Suffer in Crease
Suku Qlawu
Syndrome (Idn)
System Error
System of Hate
Tengkorak
Thandus
Thirsty Blood
Thrashline
Torture (Idn)
Total Anal Infection
Total Rusak
Total Tragedy
Tragang
Tragical Memories
Tragyst
Transcendus
Trauma (Idn)
Traxtor
Triple Six
Tripple Six
Troops of Brutality
Tympanic Membrane
Umbra Mortis
Unseen Darkness
Vagina Corpse
Valiant
Venduzor
Vexation (Idn)
Victime of Rage
Vile (Idn)
Warhead (Idn)
Zhalim
Zi Factor
Ziarah
Zorboothus

Metal Encyclopaedia

Want to find info about metal band
check "here"