Thursday, March 12, 2009

MANO CURNOTA, apakah itu??





Mano Cornuta? Huh, istilah apalagi ini?

Tenang, guys. Coba, anda familiar tidak dengan gestur tangan seperti di foto ini?

Di skema musik Nusantara, bentukan jari-jari semacam ini lebih dikenal dengan istilah “Salam Metal” (komplet diiringi dengan gaya nyengir seraya menggeram: “Aaaargh…!!!”). Nah, bahasa ilmiahnya adalah “Mano Cornuta” yang lalu dibahasa Inggriskan menjadi “The Devil Horns”.


Jika dikilas balik, kebiasaan membentuk jari tangan seperti itu bahkan telah dimulai sejak jaman Yunani Kuno dimana di wilayah Mediterania memunculkan telunjuk dan kelingking disertai melipat 2 jari tengah dan menimpanya dengan ibu jari adalah simbol kutukan atau hal-hal vulgar lainnya.

Simbol ini mulai dirangkul oleh kalangan musisi konon sudah dimulai sejak era The Beatles. Terutama pada karikatur John Lennon di sampul orisinil piringan hitam Yellow Submarine. Blackie Lawless (W.A.S.P.), Gene Simmons (Kiss), Frank Zappa, juga pernah terdeteksi ber-Mano Cornuta.

Namun eksistensinya menjadi penting, branding-nya jadi amat kuat saat Ronnie James Dio kerap mengusung simbol tersebut ke publik. Pria bernama asli Ronald James Padavona yang merupakan biduan di kelompoknya sendiri, Dio, serta sempat menjadi garda depan di Rainbow pula Black Sabbath, intens menggegarkan paham bahwa bentukan jari tangan khas tersebut adalah pekat setan, satanik, the devil horns. Karuan saja publik muda penggemar musik cadas langsung beramai-ramai menyembah “berhala” baru ini. Hail Satan!

Ronnie James Dio

Mano Cornuta belakangan menjadi identik dengan musik Metal itu sendiri. Sama pentingnya dengan identitas Metal macam angka keramat “666″ serta lagak “headbanging”. Malah di era terkini dalam aktivitas bersurat elektronik serta SMS pun simbol ini diadopsi menjadi “\m/”.

No comments:

Post a Comment