Sunday, March 15, 2009

Hilang Black Album Roxx

Hampir tujuh taun perjuangan mencari album black-nya Roxx, tapi sampe detik ini belum juga ketemu-ketemu itu album. Pasar loak dari Surabaya, Jakarta, Malang sampe Bandung diobrak-abrik, nggak ketemu juga. Jadi nyesel, ninggalin itu kaset di jok bis antar kota.

Kata yang dagang sih, tu album kalo ada harganya berkisar Rp.17.000 – Rp.25.000. Yang Rp.17.000 ini bukannya recording asli lho. Cuma hasil penggandaan, yang lumayan cukupan kualitasnya. Huh, gua udah mesen juga yang bajakannya ini ke toko kaset loak di empat kota itu, bahkan pake ninggalin nomor telepon segala. Tapi sampe detik ini, belum ada satu pun pedagang yang ngirim sms ke ponsel buat ngabarin : Bang, tu kaset tinggal diambil !

Lu-lu yang sempet ngerasain idup di penghujung 80-an or awal 90-an pasti kagak aneh, ngeliat betapa ngototnya usaha gua gerilya nyariin itu kaset. Album black-nya Roxx itu emang betul-betul album yang gahar tapi nge-beat, en punya orisinalitas yang oke. Kendati pun, banyak juga pendapat sumir yang beranggapan materi Roxx sekedar penggabungan musik Anthrax ama Metallica. Gua nggak peduli. Roxx adalah pahlawan underground Indonesia, sejajar ama : Pas era Richard Mutter, Edane era Ucok Bathara, Power Metal, Slank, Sucker Head, Puppen, Rotor, dan bahkan setingkat di atas- spiritnya lho !- band-band rock major label seperti : Boomerang dan Jamrud.

***

Roxx adalah band metal murni. Dan setahu gue nggak tersentuh kilaunya harta yang dijanjiin ama pasar musik Indonesia. Mereka band idealis, Man. Bukan band-band gandrungan ABG jaman gue muda dan band2 ABG jaman kiwari.

Secara materi, Roxx sukses mengemas warna Trash Metal, Speed Metal bahkan Rock N Roll dengan berimbang pada tiap-tiap lagunya. Best cut mereka yang dibawain pas jadi juara II di Festival Rock Indonesia, Log Zhelebour tahun 1987-an di Surabaya, “Rock N Roll Bergema”, mencuatkan ke-gape-an mereka dalam mengolah materi Hard Rock. Padahal saat itu imej mereka adalah Metallica-nya Indonesia, yang terang-terang merupakan band Trash Metal or Speed Metal. Ke-gape-an itu, menurut gua, disebabkan karena mereka sering juga jadi pengiring rocker-rocker Indonesia, semisal : Mas Ikang Fawzi.

Menyimak personilnya, yang paling dahsyat permainannya di Roxx terang aja almarhum Ary Yanvar, drummer mereka yang jebolan musik skul di Aussie. Nggak tahu kenapa, waktu Festival Rock Indonesia (1987) di mana Roxx jadi salah satu kontestannya, doi nggak kepilih jadi drummer terbaik. Best drummer-nya waktu itu adalah Yoyok Padi, yang masih gabung sama Andromeda Band, sebuah band yang biasa ngebawain nomor-nomor Yngwie J Malmsteen. Dibandingin Yoyok Padi, sound Ary jelas lebih unik. Suara snare dan ketukannya pun seringkali nggak lazim. Ada terselip keribetan jazz drumming dan kekerasan Lars Ulrich dalam permainan Ary Yanvar. Btw, susah ditiru lagi permainannya dia. Penuh jurus, kejutan dan maen pedalnya bener-bener dahsyat !

Selain Ary Yanvar, duo gitar mereka juga merupakan pasangan double virtuoso yang patut diperhitungin : Jaya & Iwan (Roxx mark I). Lead ama Rhytm-nya ngebut sahut-sahutan, sound kering dan bersih, plus bagian-bagian solo guitar yang inovatif en 'bule' banget, adalah ciri permainan gitaris yang kalo berdiri rendengan persis kayak Maradona ama Ruud Gullit ini (maklum Jaya tuh kecil mungil sementara Iwan-nya tegap tinggi). Gaya demikian dipertahanin sampe album ke-3 mereka : Bergema Lagi. Memang, di album ini bukan duo Jaya-Iwan yang maen. Iwan dah mundur diganti ama Sangkan sang additional guitar, sebagaimana Roxx-pun mempekerjakan Al (Purgatory) sebagai additional drummer. Tapi It's O.K. kok. Mereka berdua juga bukan musisi sembarangan.

Gimana dengan Bass & Vokalis-nya ?

Toni, sang bassist Roxx yang juga best bassist pada Festival Rock Indonesia 1987 itu adalah seorang bassist yang handal. Cabikannya Cliff Burton banget, meski nggak seperti bassist-bassist handal negeri ini yang sering menonjolkan teknik cabikan macam : Trisno Pas ato Bondan Prakoso, Didiet adalah seorang pengawal ritme yang energik dalam lagu-lagunya Roxx. Gara-gara dia juga kayaknya, musik Roxx bisa meluncur bersih dan kompak, sehingga mampu menyabet gelar Juara II, di bawah Power Metal dalam Festival Rock Indonesia tahun 1987 itu.

Terakhir, tentang vokalis Roxx, Trison Manurung. Suaranya yang bersih tapi full power itu menjadi ciri khas Roxx yang paling kentara selain gebukan drum Ary Yanvar. Vokalis bertampang keras ini juga punya ciri khas performance panggung, yaitu : selalu ngelepasin dudukan mic dalam aksi-aksi pentasnya. Sayang, beberapa tahun lampau, saat Roxx nge-gelar konser bareng Sahara, Sucker Head dan Rudal Rock Band di Bandung, Trison Manurung nggak hadir. Mungkin karena udah jadi bagian dari Edane (di Zep 170 Volt), Trison waktu itu digantiin sama vokalis bule : Edwin, orang Aussie. Oh ya, nggak cuma Trison yang urung tampil, Ary Yanvar-pun nggak bisa tampil bareng Roxx, karena sedang meringkuk sakit. Belakangan datang kabar angin: Ary Yanvar meninggal karena penyakit hati, yang kemungkinan besar ada hubungannya dengan kebiasaannya mengonsumsi heroin.

Kematian Ary pula, yang kemudian mengilhami Jaya sang gitaris menulis lagu sendu berjudul Heroin. (Bergema Lagi,SGK Musik,2004). "Heroin ini lagu agak slow yang gua persembahkan untuk Ari," kata Jaya, mengenang almarhum drummer dan salah seorang pendiri Roxx yang meninggal dunia akibat overdosis. Lagu itu sendiri sebelumnya diberi judul Putih, namun akhirnya diubah menjadi Heroin (mediaindonesia.com). Liriknya :

Putih, tak sentuh lagi Nyawaku serasa pergi
Setitik harapkan datang Bila tanpamu

Putih, aku rindu Putih,jangan gangguku
Tenggelam dalam khayal yang tak bertepi

#Temanku mati Tak hanya satu
Mungkin ku menyusul Bersamamu, ke ujung dunia

(*)Mungkin, kasih sayang Dapat membuka hati
Usapan tangan bunda Hangat menyentuh

Hmm, sebuah lirik yang getir. Namun memang sejujurnya itulah yang tercetak di ruang batin seseorang yang udah kelanjur 'make'. Nggak sengaja, gue juga sempet nangis denger lirik lagu ini. Jadi inget jaman dulu...waktu hati gue masih gelap, belum terbuka dan belum nyadarin : usapan tangan bunda sesungguhnya selalu hangat menyentuh. Kalo hati lo terbuka dan tahu ada bunda yang selalu menyayangi elo, maka lo pasti nggak akan pernah mengadu ama Heroin. Itu kira-kira pesen yang bisa gua tangkep dari lirik lagu ini. Salut buat Roxx !

1 comment:

  1. Ralat sedikit:
    Edwin, si bule yg sempat menggantikan Trison itu orang Amrik, bukan Ausse. dia kerja di sini di salah satu oil company milik USA

    ReplyDelete