PENURUNAN KUALITAS MUSIK INDONESIA

9:55 AM / Posted by metallic sucker and moslem militan /

Pada awal 90-an kita sering mendengarkan musik, dimana musik tersebut baik rock, pop,dangdut di Indonesiaangatlah dipengaruhi nuansa melayu sentris.Kita dapat melihat pemusik seperti ; Nikke ardilla(pop), Power Metal(rock), Rhoma irama. Bahkan “mabahnya” heavy metal(power metal) di Indonesia pun, dalam lagu-lagunya banyak yang bernuansa melayu,tapi menurut saya mereka maih tetap keren,di banding melayu masa kini.
Tahun 80-an awal, terbentuklah sebuah band yang benafaskan ”blues rock” yaitu Slank. Saat itu band slank belumlah terkenal seprti sekarang ini. Bahkan mereka sering mengikuti festival rocknya Log zhelebour. Dan yang ironis, mereka tidak pernah berhasil menjuarainya sekalipun, tempat ke-IV pun tak pernah mereka dapatkan. Tapi kini lihat, mereka dapat dikatakan sebagai band rock terbesar di Indonesia.
Tonggak perubahan dari melayu sentris ke nuansa modern seperti Blues, british atau gaya western lain pun, tidak luput dari sumbangsih Slank. Slank melalui karya karya mereka berusaha memodernisasikan musik Indonesia. Agar pemusik lain terinfluence, sehingga musik Indonesia dapat lebih modern. Dapat ditebak, mulai munculah band-band baru yang lebih bernuansa modern,seperti; Sheila on 7, Padi, Boomerang, Dewa 19, dll. Mereka membawakan musik yang sama sekali baru dan terlepas dari pengaruh masa lalu. Coba kalian bandingkan musik era 90-an awal dengan akhir. Pastilah sangat berbeda.
Perkembangan musik indonesia dari segala scene mulai menunjukan trend positive. Masing-masing dari mereka mampu bertahan. Dan pada jaman itu tidak ada tempat bagi plagiat-plagiat di tengga musik atas. Semua karya orisinil dan berbeda satu sama lain.Mereka benar benar mampu menunjukan skill kemampuan mereka dalam bermusik. Dan juga pintar membaca situasi pasar.
Lalu dimulailah trend penurunan musik. Tapi penurunan tersebut hanya terjadi pada scene musik pop dan juga dangdut.Hawa aroma melayu-sentris mulai terasa kembali. Dimotori oleh band yang bernama ka..tittttt(sensor -red.)band. Band ini mendapat banyak cemooh dan kritikan pedas. Namun anehnya malah pengaru band ini dengan cepat mewabah bagai virus flu burung. Terutama di daerah pinggiran dan juga perdesaan. Ironis memang, disaat kehiidupan ekonomi menurun, selera musik pun ikut mengalami trend penurunan.
Lalu munculah plagiat-plagiat dari band tersebut dan sejenisnya di Indonesia. Padahal, apa yang dapat mereka andalkan dari musik mereka. Jika kita tahu, aliran pop lemah dalam musiknya, tidak berpower, dan berspeed. Jadi,jika pop itu lemah mereka seharusnya membuat lirik yang menjadi keunggulan pop dengan bagus dan tidak sal-asalan. Sebab band-band itu selama ini selalu mengulang tema-tema yang sama, seperti; perselingkuhan, putus cinta, jatuh cinta,berebut pacar, dll.Padahal ada banyak pilihan tema lirik yang lebih baik lagi. Mungkin pemusik barat pun akan tertawa bila mengetahui hal tersebut.Kita seperti kembali ke masa lalu.
Tak jauh beda dengan scene dangdut,saat ini mereka kerap menyanyikan lagu yang tidak orisinil. Mereka memilih lagu dari aliran lain untuk diaransemen menjadii lagu
dangdut. Seakan-akan daya cipta mereka sudah berhenti atau jalan di tempat saja. Dan jarang ada yang produkitif.
Tapi, semua hal tersebut sangatlah bertolak belakang bila dibandingkan dengan scene musik lain macam rock. Musik rock teru mengalami kemajuan dan berkembang pesat di kota-kota yang memang sudah terkenal cadas seperti; Jakarta, Bandung, Jogja, Solo, Surabaya hingga Malang. Banyak metalhead dan headbanger selalu setia pada musik rock. Musik rock, selain itu lebih menjual di pasaran luar negeri.
Itulah keadaan pasar musik negara kita saat ini. Semoga dapat segera berubah ke arah yang lebih baik lagi. Bahkan ketika ada kasus tentang perebutan keabsahan pemilik lagu berjudul jauh atau tinggal kengan saya hanya tertawa saja. Lagu seperti itu koq di perebutkan.. Maka pintar-pintarlah kalian dalam memilih musik. Jangan sampai tertular penyakit pembodohan.


Write by Luqman Hakim

Labels:

0 comments:

Post a Comment